[Just] Rhyme in Peace... With No Worries



Begin >>>  
بِسْمِ اللهِ الرََّحْمَنِ الرَّحٍيْمِ

Kembali lagi ke pojok blogku. my SmallWorld... semoga komitmen satu hari satu tulisan, bisa dijalankan dengan istiqomah... n_n
Mungkin  dari semua tulisanku dulu dan akan datang, mungkin inilah yang paling panjang. Tulisan ini merupakan repost dari sebuah artikel... akan tetapi juga aku akan mereview menurut pandangan pribadiku tentang tulisan tersebut. Tunggu... bukannya mau sok tau ato mo sok komen2 tulisan orang yang notabene dah lama malang melintang di dunia menulis.
Tapi, seperti telah kutekankan di tulisan-tulisanku sebelumnya...
Aku menulis karena aku INGIN Menulis. [titik]. no reason.

Langsung saja, berikut artikel yang telah kusinggung di atas... aku kutip LENGKAP seperti sumber aslinya. Kenapa tidak ku-link saja ke sumber aslinya? nanti... di bagian akhir postku akan kusertakan link aslinya. kenapa? agar pembaca [kalo emang ada yang baca selain aku T_T] gak usah bolak-balik link.
Udah, di sini aja gak usah kemana-mana dulu... n_n

Gerakan Pemujaan Gus Dur...
Diposting pada Selasa, 05-01-2010 | 00:14:06 WIB
Terus terang, akhir-akhir ini rasanya sumpek melihat berita-berita TV. Isinya didominasi pemujaan-pemujaan terhadap Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Banyak suara-suara yang mengusulkan agar Gus Dur diangkat sebagai pahlawan nasional. Termasuk gerakan di DPR, facebook, dan sebagainya. Sementara pernyataan dari tokoh-tokoh Islam, seperti MUI, PP Muhammadiyyah, dan sebagainya “setali tiga uang”. Semua mengarah kepada upaya memuja Gus Dur. (Atau mungkin mereka ingin menempatkan Gus Dur sebagai “nabi jaman modern”? Entahlah).
Jujur saja, sikap-sikap seperti inilah yang selama puluhan tahun telah mematikan cahaya kebenaran. Ummat Islam tidak diajari bersikap tegas, jelas, dan lurus. Para elit agamawan, tokoh sosial, dan politik berlomba-lomba mencari muka, dengan resiko mengundang kemurkaan Allah Al Aziz. Na’udzubillah min dzalik.
Bayangkan, saat tahun 2001 lalu, ketika Gus Dur menjadi Presiden RI, mayoritas kekuatan politik di Indonesia menyerang dirinya dari berbagai sisi. Segala macam dalil-dalil untuk menjatuhkan Gus Dur, dikeluarkan semua. Termasuk foto Gus Dur memangku Ariyanti Sitepu, VCD Gus Dur dibaiat di gereja, dokumen keterlibatan Gus Dur dalam partai Ba’ats Irak, dan sebagainya. Tetapi lihatlah saat ini, setelah Gus Dur meninggal, semua orang berusaha memuja-muja Gus Dur. Seolah dia adalah ‘Tuhan’ yang berhak diagung-agungkan.
Ummat Islam mundur terus-menerus karena sejak lama ditipu terus oleh elit-elitnya. Mereka tidak diajari sikap yang benar, konsisten, tegas, dan pemberani. Semua elit rata-rata mencari muka, dengan alasan “sikap diplomatis”. Ya, ada kalanya “sikap diplomatis” bisa dipakai. Tetapi tidak dalam segala persoalan harus memakai “sikap diplomatis”. Dalam urusan akidah yang membahayakan Ummat, seperti dalam soal film “Kiamat 2012” lalu itu, kita harus bersikap tegas.
Baiklah, mari kita bahas kembali tentang Gus Dur. Siapakah Gus Dur ini? Siapakah dia, bagaimanakah ideologinya? Bagaimana perjuangannya?
Dari sekian banyak proses pembacaan dan analisis terhadap kiprah Gus Dur sejak dia memimpin PBNU, saya dapat menyimpulkan, bahwa: “Mengucapkan inna lillahi wa inna ilaihi raji’un ketika Gus Dur meninggal, adalah kesalahan. Kematian Gus Dur bukanlah musibah, tetapi bagian dari pertolongan Allah Al Aziz kepada kaum Muslimin di Indonesia.”
Ketika bicara tentang Gus Dur, maka kita harus berbicara tentang YAHUDI. Nah, inilah asas segala pembicaraan tentang Gus Dur. Siapapun yang berbicara tentang Gus Dur tanpa menyinggung gerakan Yahudi internasional, dia salah!!!
Coba kita runut masalah ini secara jernih, bi idznillah:
[01] Setiap hari kita membaca Surat Al Fatihah dalam Shalat. Disana ada doa, agar kita diberi petunjuk oleh Allah, yaitu mengikuti Shiratal Mustaqim. Shirat Al Mustaqim ini bukan jalan “al maghdhub ‘alaihim” (jalan orang yang dimurkai oleh Allah). Nabi Saw menjelaskan, bahwa kaum yang dimurkai itu adalah kaum Yahudi. Maka ketika kita bicara tentang Yahudi, otomatis kita bicara tentang suatu kaum yang dimurkai Allah Al Aziz. Ini bukan perkara sepele, tetapi amat sangat serius.
[02] Yahudi (Bani Israil) mengalami pasang-surut gerakan selama ribuan tahun. Awal gerakan mereka adalah di masa Nabi Ya’qub As dan anak keturunannya yang diberi tempat oleh raja Mesir di Kan’an. Di kalangan Bani Israil ada yang shalih-shalih, tetapi lebih banyak yang durhaka. Para Nabi-nabi, seperti Ya’qub, Yusuf, Musa, Harun, Dawud, Sulaiman, Zakariya, Yahya, Isa, dan lain-lain ‘alaihimussalam, mereka termasuk bagian Bani Israil yang shalih-shalih.
[03] Di jaman modern, atau setidaknya setelah Eropa mengalami Renaissance, Yahudi mengalami transformasi gerakan keagamaan baru. Gerakannya berbeda dengan risalah Nabi-nabi dari kalangan Bani Israil. Gerakan mereka justru menginduk kepada inspirasi Samiri yang pernah membuat patung Al Baqarah (sapi betina) untuk pemujaan. Mereka mengambil ide-ide kemusyrikan dari bangsa Mesir, di jaman Fir’aun. Hampir semua simbol-simbol keagamaan yang dipakai Yahudi modern, itu digali dari peradaban kemusyrikan Mesir. Jadi, Yahudi modern bukanlah pengikut Musa, Dawud, atau Sulaiman, tetapi mengikuti Samiri yang membuat patung sapi betina untuk pemujaan. Hal itu dikuatkan dengan doktrin Talmud yang mengagung-agungkan etnis mereka, dan melecehkan Tuhan (Allah Ta’ala). Yahudi yang berpegang kepada Talmud bukanlah bagian dari Ahli Kitab, tetapi mereka adalah orang-orang musyrik yang mengikuti jalan Samiri.
[04] Secara umum, Yahudi modern terdiri dari dua komunitas besar, yaitu: Yahudi asli (original Jewish) dan Yahudi warna-warni (colored Jewish). Yahudi asli maksudnya, orang-orang yang mewarisi darah Yahudi. Darah Yahudi ditentukan oleh silsilah keturunan dari jalur ibu. Inilah manusia yang benar-benar disebut Yahudi. Dan harus dicatat, kaum Yahudi ini amat sangat ketat dalam menjaga kemurnian etnis mereka. Mereka tidak tertarik melakukan asimilasi seluas-luasnya, sebab mereka merasa sebagai “etnis terbaik di dunia”, sementara etnis lain dianggap “budak” yang bebas dieksplotasi tanpa batas. Lalu yang disebut Yahudi warna-warni adalah siapa saja dari etnis apapun selain Yahudi yang bekerja mensukseskan misi Yahudi internasional. Mereka ini bisa disebut “budak-budak” Yahudi asli. Mereka bisa orang Jawa, bisa orang pesantren, bisa bergelar kyai haji, bisa asal Jombang, dan sebagainya. Mereka itu jelas-jelas tidak berdarah Yahudi, karena ibunya bukan Yahudi, tetapi mau suka-rela berjihad membela missi Yahudi internasional.
[05] Yahudi warna-warni itu biasanya tergabung dalam organisasi-organisasi mantel pendukung Zionisme internasional. Selama ini, mereka kita kenal sebagai “Freemasonry”. Tetapi menurut ahlinya, organisasi mantel itu bisa macam-macam. Freemasonry hanya satu bentuk saja. Rizki Ridyasmara menyebut mereka sebagai kelompok Luciferian, karena mereka mengabdi kepada “tuhan” yang bernama Lucifer yang disimbolkan dalam bentuk bintang, di dalamnya ada bentuk kepala kambing bertanduk dua. Bisa dikatakan, Lucifer adalah simbolisasi Iblis itu sendiri. Kaum Freemasonry ini bisa berasal dari berbagai etnis, dari berbagai negara, dari berbagai status, ikatan keagamaan, organisasi, dan sebagainya. Tapi mereka satu kata dalam simbol keagamaan, ideologi, dan missi memperjuangkan kepentingan Yahudi nternasional.
[06] Pertanyaannya, mengapa Yahudi asli harus membentuk organisasi mantel yang bermacam-macam? Atau mengapa Yahudi asli harus meminta bantuan “Yahudi abang ijo”? Jawabnya: Yahudi membutuhkan penetrasi ke berbagai negara/etnis di dunia, untuk mendukung missi mereka. Sedangkan cara terbaik penetrasi ialah dengan memakai tangan orang-orang dari negara/etnis masing-masing. Misalnya, Yahudi mengambil seorang kyai haji sebagai agen mereka. Maka diharapkan, semua jamaah kyai haji itu akan mudah dikendalikan untuk mendukung missi Yahudi. Kemudian, Yahudi sendiri merasa dirinya terlalu suci untuk berhubungan dengan manusia-manusia lain. Mereka tidak mau “kotor tangan”, maka dipakailah agen-agen dari setiap negara untuk menggarap negara masing-masing. Soal biaya, mereka bersedia memberikan dukungan penuh.
[07] Perlu dicatat, bahwa siapapun yang terlibat dalam gerakan mantel Yahudi seperti Freemasonry, mereka bukan orang Muslim. Mereka itu kafir. Tidak diragukan lagi. Mengapa? Sebab mereka berani mengkhianati agamanya sendiri dalam rangka mensukseskan missi Yahudi. Kemudian, mereka tidak meyakini lagi bahwa Islam adalah agama yang paling benar. Ideologi mereka diganti dengan humanisme, pluralisme, dan demokratisme. Kemudian, mereka selama hidupnya selalu memusuhi missi perjuangan Islam. Dan mereka ridha dengan ritual-ritual kekufuran yang berlaku di organisasi seperti Freemasonry itu.
[08] Untuk mengenali apakah seseorang terlibat Freemasonry atau tidak, sungguh tidak mudah. Mungkin hanya kerja intelijen negara yang bisa menyingkap hal itu. Tetapi seorang anggota Freemasonry bisa dikenali tanda-tandanya, misalnya: (1) Mereka bukan Yahudi asli, ibunya bukan berdarah Yahudi; (2) Selama hidupnya dia mengagung-agungkan slogan humanisme, pluralisme, dan demokrasi; (3) Dia sangat memusuhi misi perjuangan Islam, dan membenturkan misi tersebut dengan seruan Sekularisme atau Nasionalisme; (4) Dia memiliki sumbangan, sedikit atau banyak, bagi kemajuan Yahudi internasional; (5) Dia mendapat penghargaan resmi dari organisasi Yahudi internasional.
[09] Adalah sulit untuk memastikan bahwa Gus Dur adalah seorang Freemason, sebab kita tidak memiliki bukti validnya. Bisa jadi kalangan Muslim lain memiliki data tersebut, sehingga ia bisa dibuka. Namun untuk menyimpulkan, bahwa Gus Dur adalah seorang penyokong gerakan Yahudi internasional sangatlah mudah. Banyak tanda-tandanya. Misalnya, dia pernah terlibat mendirikan Shimon Perez Institute; dia pernah pergi ke Israel; dia pernah mendapat medali dari organisasi Yahudi karena keberaniannya membela kepentingan Yahudi di Indonesia; ketika menjadi Presiden RI, dia pernah hendak membuka hubungan dagang dengan Israel; Gus Dur secara formal pernah membela Yahudi di depan media massa. Dia mengatakan, “Yahudi itu orang beragama, bukan atheis. Kalau dengan Soviet yang komunis saja Indonesia mau menjalin hubungan, mengapa tidak dengan Israel?” Begitu kira-kira alasan dia ketika itu. Sangat jelas sekali bahwa Gus Dur adalah seorang Zionis (pembela Israel) dari kalangan bangsa Indonesia.
[10] Fakta kecil yang perlu disinggung, yakni kedekatan Gus Dur dengan Ahmad Dhani, dari band Dewa. Semua orang sudah tahu, bagaimana sikap Dhani kepada Gus Dur. Dhani sangat memuja-muja Gus Dur. Pendek kata, Gus Dur mau berbicara apapun, Dhani dijamin akan mendukung. Sementara Dhani ini sangat layak dicurigai sebagai bagian dari Freemasonry di Indonesia. Ada yang pernah membahas simbol-simbol yang dipakai Dhani dalam cover album-albumnya. Dhani pernah menginjak-injak kaligrafi Allah yang telah disamarkan, di atas panggung band. Kemunculan abum “Laskar Cinta” ditujukan sebagai anti-tessa “Laskar Jihad” (segala upaya Jihad untuk membela Islam). Dalam salah satu lagu hits-nya, Dhani melantunkan lirik yang kurang lebih isinya sebagai berikut, “Tak ada yang lain, selain diri-Mu yang selalu kupujaaa… Dengan mata-Mu aku melihat, dengan lidah-Mu aku bicara.” Di mata kita, mungkin lagu ini dianggap bentuk pujian kepada Allah. Maka ia dianggap sebagai lagu “pop religi” Dhani dan bandnya. Padahal bisa jadi, yang dimaksud diri-Mu, memuja-Mu, mata-Mu, lidah-Mu itu adalah Lucifer, dewa pujaan kaum Freemasonry. Sebab disana tidak ada disebutkan kata “Allah” sedikit pun. Malah kaligrafi Allah diinjak-injak oleh Dhani dan kawan-kawan. Ada sebuah informasi menarik, ketika Kraton Solo tiba-tiba menganugerahi Dhani dengan gelar “Raden”. Tidak ada angina, tidak ada hujan, tiba-tiba Dhani dianugerahi gelar itu. Dhani sendiri merasa heran dengan gelar itu, sebab dia bukan orang Jawa. Ini sangat janggal. Ada apa ini, tiba-tiba dia di-raden-kan oleh Kraton Solo? Hal lain yang tak kalah menarik, kasus Dhani dengan Mulan Jamila. Hampir tidak ada satu pun media infotainment yang menghujat sikap Dhani yang mengkhianati isterinya itu. Padahal ketika kasus yang sama menimpa pasangan artis-artis lain, media infotanment getol memberitakan hal itu. Saya juga masih ingat, betapa Dhani sangat ngefans dengan Manchester United yang dikenal dengan julukan “Setan Merah”. Ketika MU akan bertanding dengan FC Barcelona dalam Piala Champions, Dhani secara emosional mendukung MU. Malah ketika MU datang ke Malaysia, Dhani mengajak anak-anaknya datang kesana. Banyak sisi-sisi menarik seputar kiprah Dhani “Dewa” yang mencerminkan kedekatan manusia itu dengan gerakan Freemasonry.
[11] Patut diingat dengan jelas, bagaimana peranan media massa, terutama media TV dalam memuja-muja Gus Dur. Selama ini saya cukup bersimpati kepada MetroTV, sering mengakses TVOne, dan berita-berita lain. Tetapi dengan gerakan pemujaan Gus Dur, ini tampak nyata bahwa media-media itu seperti berlomba mencari keridhaan Yahudi internasional. Caranya, dengan memuja-muja Gus Dur. Sejujurnya, sejak dulu Gus Dur itu tidak ada apa-apanya. Dia menjadi besar bukan karena dirinya, tetapi karena REKAYASA MEDIA. Media yang membuat Gus Dur besar, dan media pula yang membuat tokoh-tokoh lain kecil. Bayangkan, media massa tidak pernah peduli ketika Ketua PP Persatuan Islam, KH. Shiddiq Amin wafat. Begitu pula, ketika KH. Husein Umar wafat. Media tidak mau memberitakan, atau menghargainya secara layak. Tetapi ketika ada seorang icon Yahudi di Indonesia mati, mereka berlomba-lomba melakukan “ritual pemujaan”. Sangat menyedihkan! Kalau akhirnya nanti Gus Dur benar-benar ditasbihkan sebagai “pahlawan nasional”, sungguh kita patut memboikot semua media-media sekuler itu. Jangan lagi merasa memiliki media, selain media yang kita buat sendiri.
[12] Orang-orang yang mengklaim dirinya pro pluralisme, pro demokrasi, pro humanisme, lalu memuja-muja Gus Dur sebagai manusia yang berjasa besar dalam ketiga isu tersebut. Pada dasarnya, mereka adalah orang-orang BODOH yang tidak mengerti ujung dari gerakan pluralisme, humanisme, dan demokrasi itu sendiri. Pluralisme adalah ideologi untuk mematikan keimanan kepada agama-agama (bukan hanya Islam). Seorang pluralis sejati tidak memiliki keyakinan yang kuat kepada suatu agama, selain agama pluralisme itu sendiri. Orang-orang yang berakidah humanisme, mereka mempertuhankan “kepentingan manusia”, sehingga manusia dianggap bebas merdeka, termasuk bebas dari aturan agama. Manusia yang berakidah demokrasi, mereka meyakini bahwa “suara rakyat suara Tuhan”. Artinya, cukuplah kesepakatan rakyat untuk menggantikan peranan aturan Tuhan. Ketiga prinsip (pluralisme, humanisme, demokrasi) ini adalah hakikat atheisme, sebagaimana prinsip-prinsip yang diajarkan oleh Freemasonry kepada para pengikutnya.
[13] Semua orang yang memuja-muja Gus Dur, pada dasarnya tidak keluar dari 3 kemungkinan: Pertama, mereka orang bodoh yang tidak tahu informasi dan sempit wawasan. Mereka orang-orang fanatik yang tidak bisa membedakan hitam dan putih; Kedua, mereka orang oportunis yang merasa perlu mencari keridhaan umat manusia (khususnya investor Yahudi) agar mendapat keuntungan-keuntungan duniawi; Ketiga, mereka satu barisan dengan Gus Dur dalam rangka memadamkan cahaya agama Allah dan membesarkan missi Yahudi laknatullah ‘alaihim. Hanya ini kemungkinannya.
[14] Betapa banyak manusia takut kepada Gus Dur, selama hidupnya. Mereka tidak berani mengkritik Gus Dur, tidak berani berbeda pendapat, tidak berani membantah, tidak berani menentang pendapat-pendapatnya yang keliru. Termasuk, ketika Gus Dur mengatakan, bahwa Al Qur’an adalah kitab suci yang paling porno. Mereka tetap tidak berani mengingatkan Gus Dur. Mereka sangat takut kepada Gus Dur, karena takut kuwalat, takut celaka, takut mengalami kemalangan. Lihatlah, betapa banyak manusia sudah mempertuhankan Gus Dur. Kepada Allah mereka tidak takut, tetapi kepada Gus Dur begitu ketakutan. Realitas seperti itu adalah kemusyrikan dalam bentuk baru.
[15] Terakhir, betapa hinanya manusia yang mau membela, membantu, mendukung, menyokong, mempermudah gerakan Yahudi internasional. Padahal mereka semula adalah Muslim, orang Indonesia, orang pesantren, dan sebagainya. Sayang sekali, mereka mendukung Yahudi internasional yang terkenal dengan misi-misi kejahatan mereka untuk memperbudak seluruh manusia di dunia. Mereka mendukung gerakan yang tujuan akhirnya menjadikan semua manusia bersimpuh di telapak kaki Yahudi. Bahkan sangat disayangkan sekali, mereka lahir dari rahim wanita-wanita non Yahudi. Mengapa? Sebab selama mereka tidak memiliki darah Yahudi, statusnya tetap sebagai “budak”. Sangat menyedihkan, mereka bersusah-payah mendukung misi kerusakan di muka bumi.
Sulit bagi saya untuk memastikan, apakah Gus Dur seorang Freemason atau bukan? Tetapi setidaknya kita mendapat banyak bukti, bahwa dia adalah tokoh yang selama hidupnya banyak menolong missi-missi Yahudi internasional. Dalam Surat Al Maa’idah dikatakan, “Wan man yatawallahum, fainnahu minhum” [siapa yang loyal kepada mereka (Yahudi atau Nashrani), sesungguhnya dia bagian dari mereka].
Sekali lagi ditegaskan disini, Gus Dur bukan saja tidak pantas dianggap sebagai “pahlawan nasional”. Bahkan mengucapkan “innalillah wa inna ilaihi raji’un” saat dia mati, adalah sebuah kesalahan.
Saudaraku, Anda jangan takut kepada siapapun dalam rangka mentaati Allah dan Rasul-Nya. Sekaligus Anda jangan berani memuja-muja manusia yang tidak pantas dipuji, sehingga perbuatan Anda itu akan mengundang kemurkaan Allah Ta’ala. Jadilah Muslim sejati yang bicara apa adanya; katakan benar jika benar, katakan salah jika salah. Demi Allah, orang-orang oportunis dimanapun tidak akan beruntung. Mereka takut dimusuhi manusia, tetapi tidak takut dimusuhi Allah Ta’ala.
Perhatikan nasib orang-orang yang saat ini berlomba-lomba memuja Gus Dur, kemudian mereka tidak bertaubat dari kesalahan-kesalahannya. Lihatlah apa yang nanti akan menimpa mereka! Mari kita sama-sama menyaksikan!
Alhamdulillahi Rabbil ‘alamiin, wallahu Akbar, wallahu Akbar, wallahu Akbar walillahil hamdu.
Abu Muhammad Waskito.
(Dulu dibesarkan dalam kultur Nahdhiyin, di Malang).

CUMA OPINI

Abu Muhammad Waskito

Apa yang terbersit dalam pikiran Anda ketika membaca tulisan tadi? mungkin berbeda2... tapi aku yakin semua akan mengiyakan jika kusebut kontroversial. Tapi, lebih dari itu aku pribadi sangat mengapresiasi keberaniannya. Berani? tentu saja! Sebelum mengulas substansi dari tulisan tersebut, let me tell about little something bout this "Brave" : Penulis berani mengutarakan pendapatnya, ketika seorang "tokoh" baru saja meninggal [ada beberapa orang yang memang menjadi tenar luar biasa ketika dia meninggal]. Tokoh yang amat sangat dipuja, diagungkan... bahkan [mungkin benar] dituhankan. Ketika bahkan PP Muhammadiyyah yang sudah lama "perang dingin" dengan ulama NU pun, menyuarakan kata yang sama, opini yang sama, apresiasi yang sama kepada "sang tokoh" tersebut.
Tentu saja butuh keberanian yang sangat besar untuk menyuarakan pendapat sekontroversial itu... Siapakah dia? siapakah Abu Muhammad Waskito? setelah aku googling "Abu Muhammad Waskito" dari ratusan page displayed... i simply can't define who he is... it's a complicated related think. sudah berkaitan dengan antara golongan agama... [no komeng]

Konflik Antar Golongan Agama

Kenapa aku menuliskan subtitle ini? sigh... jariku bergerak dengan sendirinya. Dahlah, dah terlanjur diketik. Memang, membicarakan almarhum tidak lepas dari kata NU. Sementara NU sendiri seperti kita ketahui bersama selalu "perang dingin" dan susah banget akur dengan Muhammadiyah.
Beralih ke trademark almarhum sebagai dedengkot NU, dia juga seorang pelopor Pluralisme agama. tentu saja satu kata ajaib tersebut, mampu menyulut pertikaian mengatasnamakan agama dan ketauhidan di mana-mana. Mulai dari Ahmadiyyah, dan aliran-aliran yang "disesatkan" lainnya. [terlalu banyak]. Pluralisme yang mungkin dimaksudkannya untuk tujuan baik, yaitu mendobrak tembok-tembok yang menghalangi rukunnya antar umat beragama, tetapi telah di salah artikan oleh para pelaku agama [sempit] untuk membuat aliran-aliran agama baru untuk kepentingan mereka dan golongan mereka sendiri.
Sudah banyak kasus, aliran-aliran [sempit] [bukan] islam itu memakan korban... tentu saja materi dari sang korban lah sebagai objek korbannya [tidak disertakan link maaf... -males-pen]
Itulah yang kemudian memicu masyarakat bertindak anarkis terhadap aliran-aliran sempit [bukan] islam tersebut.
Itulah niat baik almarhum tentang pluralisme... ternyata, masyarakat kita memang belum bisa menerima konsep pluralisme.

Rhyme In Peace...
Sampai di penghujung tulisanku... [entahlah ini merupakan tulisanku yang kubuat paling buru-buru dan kurang enjoy-whatever lah]. Bagiku, ironis memang kematian seseorang justru dijadikan sebuah euforia. A borderless euforie yang telah dihiperballkan.
Terlalu Menusuk memang apa yang disampaikan Abu Muhammad Waskito di atas. Memang, dia berani. akan tetapi dia juga terlalu berani untuk menghakimi kekafiran seseorang.
Terlepas dari apa dan bagaimana tindak dan perilaku almarhum di dunia... kita sebagai orang timur, orang yang berbudaya, memiliki norma.... adat pepatah tua menabukan untuk membicarakan keburukan bagi yang meninggal. Entah teori dan hipotesis darimana... That's simply genius!
Tidak bisa dibayangkan... yenny wahid, yang sampai pingsan begitu mendengar ayahnya meninggal.. disodori tulisan di atas.
pada awalnya, aku juga merasa jenuh... sumpek dengan hingar-bingar publikasi tentang almarhum. tapi, daripada memperdebatkan aib almarhum di masa hidupnya... akan lebih baik jika kita bersikap sewajarnya demi keluarga yang ditinggalkan... meskipun sewajarnya bagi media, jauh dari standar kewajaran kita.
Setiap dari kita, sebejat dan seburuk apapun kita... jauh di lubuk hati kita, ketika kita meninggal minimal ada satu orang yang mengatakan :
RHYME IN PEACE...
_________________________________________
_________________________________________

referal source :
http://www.muslimdaily.net/jurnalis/4773/gerakan-pemujaan-gus-dur

Posted by Widhi Satya | at 21.20

0 comments:

Posting Komentar

i'm waiting for your comment...

share your opinion on the box below...