Madu: Cita Rasa Sang Koki Alam


Bangun tidur minum madu, selesai mandi, minum teh anget pake madu. Naik motor masih ngemil madu. Sambil kerja, entah berapa bungkus madu yang kuhabiskan. Malamnya, ga bisa tidur sebelum minum madu. Madu-madu-madu dan madu lagi. Seolah-olah aku ini Winnie The Pooh!


Kenapa aku jadi tergila-gila dengan madu? Awalnya hanya saran dari teman. Ketika itu, penyakit magku kumat. Dia menyarankan madu. Obat yang sama sekali tidak pernah terpikir olehku kapanpun penyakit magku kumat. "Kenapa madu?" tanyaku. "Sebab madu, sifatnya basa sehingga dapat menetralisir asam lambung" jawabnya.


Aku memang tidak begitu mengerti tentang medis, maupun hal-hal berbau ilmiah. Tapi, apa salahnya kucoba? Setelah makan, aku langsung minum madu. Subhanallah... seketika lambungku yang tadinya terasa nyeri, terasa hangat dan nyaman!


Setelah itu, aku jadi tergila-gila terhadap madu. Sariawan, kuobati dengan madu. Batuk, kuobati dengan madu. Sulit tidur, aku minum madu. Lapar, tapi males makan, kuobati dengan madu. Kurasa masih banyak hal-hal dan manfaat-manfaat lain yang dapat diperoleh dari madu.


Sungguh, what a miracle! ketika kusadari betapa banyaknya manfaat madu tersebut... langsung terpikir olehku si pembuat madu ini. Ya, lebah! Binatang yang begitu mulianya, sehingga Allah pun menjadikannya sebagai "pemeran" dalam "Skenario Kitab Sucinya" [An Nahl].



Aku kemudian teringat... dahulu sekali ketika aku masih kecil. Setiap sore, aku mendengarkan ceramah dari Da'i Sejuta Umat K.H. Zainuddin M.Z. Waktu itu, memang sebelum terjun ke kancah perpolitikan, Beliau betul-betul menjadi Kiai yang sosoknya banyak dikagumi oleh [bahkan mungkin lebih] dari satu juta umat.


Aku masih ingat, ketika Beliau membawakan materi ceramah tentang perilaku lebah. Apa saja perilaku lebah yang bisa kita ambil hikmahnya?


1. Dimanapun lebah hinggap, tak ada ranting yang patah
Pernahkah kalian melihat lebah mematahkan ranting ketika hinggap?
Dengan postur tubuhn dan bobotnya yang kecil itu, secara rasio tentu saja tidak. Tapi bukan itu yang akan kita bahas di sini...


Seperti kata pepatah: "Dimana tanah dipijak, di situ langit dijunjung". Sebuah pepatah tentang beradaptasi pada lingkungan baru. Seperti halnya lebah, dimanapun kita singgah... tak ada satupun pertikaian yang kita picu. Sebaliknya, manfaatlah yang kita bawa. Senyumanlah yang kita berikan, kedamaianlah yang kita tebarkan.


2. Berawal dari sari bunga, menjadi madu yang kaya manfaat.
Kita semua tahu. Itulah keseharian lebah. mengumpulkan sari bunga yang kemudian dijadikan madu. Apa artinya? Lebah hanya memakan sesuatu yang baik, dan mengolahnya menjadi sesuatu yang bahkan lebih baik dari sebelumnya.



Hikmah yang dapat kita petik adalah, makanlah makanan yang baik, barokah, halal... maka apa yang kau hasilkan, segala perilakumu pun PASTI akan baik pula.


Bukankah Rasul menganjurkan kita untuk mengawali segala sesuatu dengan bacaan Basmallah, dan menutupnya dengan bacaan Hamdalah?


3. Lebah tidak pernah mengusik. Tetapi sekali dia merasa terusik, kemanapun sang pengusik pergi akan dikejarnya!


Ya, kita sebagai muslim, sangat mengutamakan ukhuwah. Baik ke sesama muslim, maupun mereka yang berbeda keyakinan. "lakum dinukum waliyadin".


Akan tetapi, sekali akidah dan kehormatan kita diinjak-injak DI DEPAN MATA! Kewajiban kita untuk mempertahankannya dengan taruhan apapun! meskipun itu nyawa kita!


Seperti di zaman Rasul dahulu, betapa indahnya, Muslim, Yahudi, Nasrani, Majusi, dan golongan-golongan lain hidup bersama dalam satu atap di kota Mekah.


Tidak pernah ada dalam sejarah Muslim mengusik golongan atau kaum lain di luar muslim!


Yang terjadi justru sebaliknya! Fitnah demi fitnah terus ditebarkan. Invasi-invasi yang mengorbankan anak-anak, wanita, para jompo, dan orang-orang tak berdosa lainnya terus dilancarkan.


Aku memang hanya bisa membantu mereka, saudara-saudara muslimku yang tengah dizalimi itu dengan doaku. Usaha terlemah dari semua usaha yang ada. Karena memang aku lemah. Tidak kupungkiri itu.


Aku memang tidak menyukai kekerasan. Apalagi peperangan. Bahkan perang mulut pun aku lebih memilih diam. Aku selalu bertanya-tanya, kenapa kita tidak bisa hidup berdampingan seperti pada zaman Rasul dahulu? Why can't we just have each other? Sesulit itukah untuk bersatu? Is it that hard to be united?
Bukankah bersatu itu indah? Doesn't it feel comfort to be united?


Till now, i always wondering of that...


Jika saja, perilaku terakhir lebah ini kita terapkan dalam keseharian kita, mungkin tidak begini jadinya.


4. Kebersamaan; Persatuan; Unity.

Yang terlintas dalam kepala kita, ketika mendengar tentang hewan-hewan yang hidup berkoloni adalah kebersamaan, persatuan.


Maka dari itu, marilah kita pererat ukhuwah islamiyah kita, meningkatkan dakwah dan tarbiyah kita... dari lingkungan terkecil kita.


Seperti kata Aa gym "Mulai dari diri sendiri, Mulai dari hal terkecil, dan mulai saat ini juga"


Wallahua'lam bisshawab...

Posted by Widhi Satya | at 07.56

1 comments:

Unknown mengatakan...

nice share gan, keren infonya

Madu Pria Perkasa

Posting Komentar

i'm waiting for your comment...

share your opinion on the box below...