Malas…



 


Malas = Nikmat.

Itulah yang kurasakan belakangan ini. Hampir satu bulan aku berkawan dan memanjakan diriku dengan kemalasan.

Aku jadi lebih sering menghabiskan waktuku dengan hal-hal yang tak bermanfaat.

Jika di depan komputer, aku lebih sering surfing yang bahkan aku sendiripun heran: "Gila! Surfing selama ini, apa yang kudapat??"

Pun di rumah, aku lebih sering menggauli selimut dan melumuri bantalku. Tidur sangat awal, bangun sangat akhir. Tak pernah lagi aku tahajjud.

Benar-benar sebuah kemunduran yang drastis untukku.

Kurasakan betul kemunduran itu ketika kusadari:Mataku tak lagi tajam, telingaku tak lagi peka, rasa-ku tak lagi "sensitif", benakku tak lagi nakal dan meletup-letup liar.

Tak kulihat lagi, hal-hal yang luput dari pengamatan orang kebanyakan. Tak kudengar lagi perdebatan "suara-suara" itu di dalam diriku. Tak kurasa lagi kepedulianku terhadap sekitar, terhadap hal-hal kecil.

Karena mindset dalam diriku telah terpola:

Malas = Nikmat.



 

Apakah aku (telah) terlalu menilai tinggi diriku? Apakah aku telah sekian lama mendustakan suara-suara kecil yang akhir-akhir ini semakin terdengar jelas, bahwa "Inilah DIRIKU yang sebenarnya!"

Jika memang demikian, maka tak ada lagi proses produktif, dan hal-hal kreatif yang bisa kuhasilkan. I'm totally useless, more of it, im totally hopeless.

Aku bisa berdalih: "Wonosobo dingin, kelelahan karena menumpuknya kerjaan rutin yang menjadi tanggung jawabku"

Tapi pada akhirnya, akan sampai pada kesimpulan:

Malas = Nikmat.


 

Malas memang nikmat Widhi, tapi, manakah yang akan kau pilih? Kenikmatan sebuah kemalasan, ataukah kenikmatan sebuah progress (yang telah kaujanjikan sebelumnya?).

***

"Tidak! Aku tak boleh kalah oleh kemalasan!

"Terlalu banyak yang ingin kuketahui, terlalu banyak yang ingin kubaca, terlalu banyak yang ingin kupahami, terlalu banyak yang ingin kukuasai, jadi, masih banyak hal yang harus kulakukan! Waktuku terlalu sempit! Aku tak boleh menyia-nyiakannya dengan bermalas-malasan!"

Bersenang-senangku adalah menulis, desain grafis, webmastering. Dan refreshingku adalah membaca. (selain ngebut dan hujan-hujanan).

***

Setelah kuamati, ketahuanlah beberapa sebab dari kemalasanku. Yang jika diuraikan :

1. Tidur sesudah subuh

Kurasa, pepatah orang tua yang mengatakan pamali tidur selepas subuh ada benarnya juga. Pun, Islam juga menabukan hal itu. Entah itu sabda Nabi, ataupun firman Allah.. aku tak tahu pasti. Tapi yang jelas, pernah kudengar seperti itu.

Yang kurasakan dan kuamati setiap aku tidur selepas subuh, siang harinya aku tidak bisa fokus. Kurang konsentrasi, pikiranku kosong. Tak bisa mengamati, tak bisa menyimpulkan.

Otakku seperti hanya menyimpan fungsi boolean : if... then... else ...


 

2 Mandi kesiangan

Mungkin hanya faktor kecil. Tapi kurasa, ini juga mempengaruhi kemalasanku.

Aku memang tidak tahu-menahu tentang medis, biologi, atau hal-hal semacamnya.

Tapi, sepengetahuanku, manusia memang makhluk berdarah panas. Suhunya tetap. Akan tetapi juga bisa berubah-ubah sesuai dengan kondisi sekitarnya.

Seperti misalnya sering kita sakit hanya karena hujan gerimis, tapi tidak ketika kehujanan deras. Kata temanku, ketika kehujanan deras, tubuh mengeluarkan panas, untuk menyesuaikan suhu di sekitarnya.

Begitupun ketika kita tidur, tubuh mengeluarkan panas. (itulah mengapa kita berkeringat dan bau ketika bangun tidur).

Ketika bangun tidur, dan suhu tubuh masih relatif agak tinggi, kemudian mandi dengan air dingin, akan memberikan efek kejut bagi tubuh kita. Menyegarkan. Baik pikiran, maupun badan. Mungkin memang bukan teori yang valid, mengingat aku tidak punya latar belakang pendidikan medis apapun, tapi cobalah!

Beberapa kyai, (termasuk bosku) sering (bahkan mungkin tiap hari) mandi pada waktu dinihari. Belakangan, kuketahui alasannya, itu bisa menyehatkan badan.


 

3. Menunda pekerjaan

Inilah bad habbit-ku yang benar-benar sulit untuk kuperangi. Sering aku berkata "besok aja lah, paling juga tinggal dikit" atau beralasan ini-itu, untuk menunda apapun pekerjaanku.

Dan pada akhirnya, ketika hal-hal yang kutunda itu menjadi menumpuk, akhirnya malas kukerjakan. Celakanya, tidak hanya sampai di situ. Hal-hal yang kutunda itu, menjadi beban pikiranku sehingga aku tidak bisa fokus ke hal-hal yang sedang dan akan kukerjakan.

Mau tak mau, harus menyelesaikan hal-hal yang kutunda itu. Maka, jadilah aku berjalan mundur. Hal-hal yang harusnya telah selesai, harus kuulangi lagi. Waktu yang harusnya bisa kumanfaatkan untuk hal lain, tersita bahkan mungkin tersia-sia.


 

4. Motivasi

Tak perlu diragukan lagi, penting dan vitalnya motivasi bagi manusia. Motivasi bahkan menentukan "hidup-matinya" manusia.

Manusia yang tanpa motivasi sama sekali, ibarat seonggok tulang berdaging terbungkus kulit. Meskipun ia berbicara, berjalan, beraktifitas, tak ubahnya seperti makhluk "tak hidup"

Begitupun manusia yang termotivasi, akan memiliki energi yang bahkan melebihi dan melewati batas dirinya.

Sering dokter menyuntik pasiennya dengan suntikan "kosong" Cuma agar pasien termotivasi "Ah, dah disuntik, bentar lagi pasti sembuh"

Begitupun aku, yang telah terpola motivasi dalam diriku bahwa :

Malas = Nikmat

***

Ah... nikmatnya bermalas-malasan...

Posted by Widhi Satya | at 14.54

1 comments:

n_new_here mengatakan...

mantap,,,,
memotivasi,,,,

Posting Komentar

i'm waiting for your comment...

share your opinion on the box below...