Parodi Jalan Raya [2] : Klakson di Pagi Hari


"Toooot!!!"
Suara klakson membuyarkan lamunanku.
"Tiiiiiin!!"
Belum lagi gaung klakson pertama habis sudah disusul dengan klakson lain. Kompak. Seperti pawai ketika musim pemilu.
Satu persatu kendaraan melewatiku. Padahal aku sudah menepi dari semula. Tidak dalam posisi tanggung. Tapi masih saja klakson2 itu menyemprotku.
 


Kurasa, pabrikan membuat klakson, difungsikan cuma sebagai pengingat di saat2 genting dan terdesak. Tapi kita sering seenaknya dengan alasan ketergesaan membunyikan klakson seperti anjing menyalak2. 

Kenapa kita sering sekali tidak sabar? Perlu ditegaskan, di jalan raya (baca = semua fasilitas publik) kita memiliki kepentingan,dan kedudukan yang sama! Tak perlu menyalak-nyalak pun! Jika masing-masing pribadi pengguna jalan raya SADAR dan memahami bahwa ini fasilitas bersama, hanya ORANG BODOH lah yang masih membunyikan klakson. Tak perlulah kendaraan dan pengendaranya meracau bak dukun gadungan! 

Dalam negara berbudaya, etika, dan toleransi tinggi seperti di Jepang, anda tidak akan menemukan suara klakson jangankan bergaung, berbisik saja tidak! Sebuah kutipan yang sekiranya layak untuk "studi banding" 

"Eh, kenapa ya orang-orang ngga ada yang bunyiin klakson?" tanyaku pada suami, yang kebetulan orang Jepang. "Ngapain bunyiin klakson? Kayak orang bodoh aja? Nanti juga kan dapat gilirannya kalau mau jalan?" suamiku malah balik bertanya. Memang kulihat lalu lintas di Jepang teratur, yang jalan lurus sudah ancang-ancang dari jauh memilih jalur lurus, begitu juga yang ingin belok mengambil jalur sisi jalan agar tak menghalangi mobil yang akan jalan lurus. Mobil yang akan belok kanan akan mendahulukan pengendara yang berlawanan arah, baik itu yang jalan lurus ataupun yang belok kiri.


***

Coba posisikan anda sebagai seorang pengendara yang ingin menikmati paginya yang indah dengan santai, tetapi semuanya tidak berjalan lancar karena puluhan klakson menyalak pada anda, entah itu menyuruh anda minggir atau lebih cepat, yang jelas, mereka protes.

Sungguh bukan sambutan yang bagus untuk mengawali hari. Bagiku, pagi hari adalah masa yang paling menentukan. Suasana dan kondisi mood sepanjang hari, bergantung pada apa yang kualami di pagi hari.


Sedikit saja emosi tersulut di pagi hari, maka sepanjang hari sisanya, jadilah aku seperti anak perawan yang sedang datang bulan. Uring2an. Cuma gara2 loading lama saja, aku menyumpahi telkom bertubi2.



"Dasar! BUMN semua sama saja! Hanya karena mereka memonopoli sumber daya, menjadi seenaknya dalam hegemoni mereka! Mental apa ini! Ing ngarso sok kuoso, ing madya mbangun tresna, tut wuri melu nggrogoti!"

Ya, jika pagiku buruk, aku memang seperti kesetanan. Semua orang kuanggap pengganggu, dan semua hal seolah tidak bersahabat denganku.


Sebaliknya, jika pagiku kuawali dengan indah. Makan dengan santai, menikmati on the way to work, sampai di tempat kerja setel winamp keras2.. Maka bisa dipastikan sisa hariku menjadi hari yang sangat indah buatku.


Dan, agak ganjil memang jika dua situasi paradoks tersebut ditentukan oleh: klakson di pagi hari.
Adakah yang berminat mengangkatnya menjadi judul skripsi?


Pengaruh klakson di pagi hari terhadap produktivitas kerja.

Posted by Widhi Satya | at 19.22

0 comments:

Posting Komentar

i'm waiting for your comment...

share your opinion on the box below...