Gurun Kehidupan [3] : Bersahabat dengan Pasir


Kembali melanjutkan perjalanan. Masih berlatar belakang dan berlokasi di gurun yang sama. Tempat-tempat yang dikunjunginya, antara lain : pembuat telur pasir, pembuat patung pasir, sawah dari pasir.

Tujuan kedua adalah pembuat telur pasir. ‘Tsuna Tama' namanya. Didemonstrasikan bahwa telur diletakkan di sebuah kotak, dikubur dengan pasir, kemudian dimasukkan ke dalam pemanggang. Setelah matang, kemudian dibelah, dan diperlihatkan perbedaan telur yang dipanggang dengan pasir dan telur yang hanya direbus dengan cara biasa.

Telur pasir, diproduksi massal sebagai home industry. Beberapa karyawan juga dipekerjakan di sana. Toko-toko di sekitar, menjadi tempat pemasaran. Sebagai souvenir, maupun untuk dikonsumsi, telur pasir tetap menjadi pilihan yang menarik.


Bukan hanya telur pasir yang memanfaatkan pasir sebagai media. Ada juga kerupuk pasir sebagai produksi sampingan. Didemonstrasikan, sebuah pasir dididihkan, kemudian dimasukkanlah kerupuk-kerupuk ke dalamnya hingga matang.
***

Telur pasir dan kerupuk pasir. Adakah yang berminat mengadaptasinya?
***

Tujuan berikutnya adalah pembuat patung pasir. Petualang kita bercakap-cakap dengan seorang pematung yang membuat patung dengan pasir sebagai medianya. Dijelaskan pula, bahwa agar pasir mengeras dan mudah untuk dibentuk, dia menambahkan air ke dalam pasir.

Pematung itu juga menceritakan mimpinya, bahwa ia ingin salah satu karyanya, masuk ke museum patung pasir.

Ketika ditampilkan tentang museum patung pasir, aku benar-benar ternganga. Karya-karyanya luar biasa. Tiap detilnya, menyiratkan ketekunan dan ketelitian tingkat tinggi. Benar-benar karya seni bernilai tinggi.
***

Tujuan berikutnya adalah sebuah sawah di tengah gurun. Ya, sawah / ladang di tengah gurun. Lengkap dengan tanamannya.

Belakangan diketahui, bahwa tanaman yang dapat tumbuh di pasir yang kemudian ditanam massal dalam sebuah ladang, bernama Rokkya. Aku tak tahu bagaimana menjelaskan tumbuhan ini, karena tak dijelaskan apa nama latinnya. Yang jelas, ia bisa tumbuh di pasir. Bentuknya seperti daun bawang. Rokkya ini, selain dibuat sebagai lauk, juga dapat dikonsumsi langsung seperti memakan buah, hanya dengan dicuci saja.
***

"It's amazing how people can survive here. Not only just survive, it's like they having a friend with the sand. They make use of sand as a utility to live. They use it to socialize, they use it to photography, they use it to enterpreneur,they use it to art, even they use it to farm. Desert, in our image is a place where almost no living creature upon it, they turn it around 180 degree. I'm so moved and amazed with they effort. See you next week" petualang menutup acara dan memberikan salam perpisahan.

Terjemahan :

"Mengagumkan, melihat bagaimana mereka dapat bertahan di gurun ini. Bukan hanya bertahan hidup, mereka seolah menjadikan pasir sebagai sahabat mereka. Mereka menggunakan dan memanfaatkan pasir dengan sebaik-baiknya. Mereka memanfaatkannya untuk bersosialisasi, fotografi, wirausaha, seni, bahkan mereka memanfaatkannya untuk bercocok tanam. Gurun pasir, dalam bayangan kita adalah sebuah tempat yang gersang dan sangat jauh dari kesan ‘kehidupan'. Tapi dengan kesungguhan dan usaha mereka, mereka tak hanya mampu bertahan hidup, bahkan telah bersahabat dengan pasir. Sampai jumpa minggu depan"
***

Semoga kisah di atas dapat diambil hikmah dan dijadikan pelajaran. Bahwa selalu ada harapan. Yang harus dirubah hanyalah sudut pandang, diikuti dengan ketekunan. Seperti sebuah ungkapan "perbedaan orang pesimis dan orang optimis adalah, ketika dihadapkan dengan kegelapan, orang pesimis tak dapat melihat apa-apa, sedangkan orang optimis dapat melihat cahaya, meskipun sangat kecil."

Nuwun..

Widhi Satya

Posted by Widhi Satya | at 10.09

1 comments:

n_new_here mengatakan...

Subhanallah,,

Posting Komentar

i'm waiting for your comment...

share your opinion on the box below...