Sekolah Pasar dan Pasar Sekolah

beritakorslet.wordpress.com





Jika sarjana, hanya menjadi 'sarjana'. Tak lagi ahli di bidangnya. Tak lagi berdedikasi dengan profesinya.

Nilai dalam ijazahnya, bukan representasi nilai kemampuannya.

Toga dan semacamnya, hanya menjadi seremonial belaka, tanpa penghayatan tanggung jawab terhadap pengembangan profesi, bidang ilmu, serta sosial.


***

Itulah ilustrasi sarjana instant. Dilahirkan universitas yang tak memiliki tanggung jawab terhadap pendidikan. Menyepelekannya, atau bahkan menginjak-injaknya.

Tak ada proses pengajaran, yang bahkan di universitas maju telah dikembangkan menjadi penelitian.

Jika mahasiswa tak mengerti hal yang seharusnya adalah sesuatu yang sangat sepele dan mendasar, bukan pencerahan, akan tetapi tawa meremehkanlah yang didapat sebagai jawaban.

Kecongkakan dosen telah menjadi hal yang begitu menyilaukan. Begitu tinggi. Hingga dia enggan untuk melihat ke bawah. Pun jika dia melihat ke bawah, tak terlihat apa-apa lagi dalam pandangannya yang berupa dasar.

Tak ada saling percaya. Menggali ilmu bersama. Hingga, mungkin karena 'malas' mengajari mahasiswa yang dalam pandangannya sebagai kumpulan SDM 'rendah', cukup dengan absensi penuh, nilai 'cukup' terpenuhi. Bahkan ada yang menghargainya 'baik'.

***

Inikah pendidikan? Aku tak sanggup membayangkan bagaimana kecewa dan terpukulnya Ki Hajar Dewantara melihat segala yang di perjuangkan dengan keringat darah, hanya menjadi sarana permainan politik dan tempat berdagang.

Aku tak sanggup membuka mulut jika dia bertanya padaku "hei! Apa beda sekolah dengan pasar? perkelahian, tawuran, bermesraan, kekerasan, makian, palak-memalak, dagang, apalagi hal yang ada di pasar tak ada di sini?"

Aku yakin, dia dan segala perjuangannya, akan merasa sangat terhina, jika disodori dengan uang gedung, uang seragam, dan uang-uang lain. "Pendidikan memang butuh uang. Tapi pendidikan bukan uang!"

***

Tulisan yang kubuat beberapa hari sebelum hari pendidikan. Tapi terhenti di tengah jalan karena kesibukan. Dan....Tak bisa kulanjutkan.

Stagnan.

Posted by Widhi Satya | at 17.06

0 comments:

Posting Komentar

i'm waiting for your comment...

share your opinion on the box below...